Minggu, 04 November 2012

Aktualisasi dan relasi Internakultural


A. Akulturasi 
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia  dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Contoh akulturasi: Saat budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa Jawa. Ini terjadi di acara Simfoni Semesta Raya.
 
Akulturasi merupakan proses yang dilakukan imigran untuk menyesuaikan diri dengan dan memperoleh budaya pribumi, yang akhirnya mengarah kepada asimilasi. Menurut Koentjaraningrat (1977) proses akulturasi yang utama adalah unsur diterimanya kebudayaan asing yang diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan lenyapnya kepribadian kebudayaan asal.
Proses akulturasi adalah suatu proses in-teraktif dan berkesinambungan yang berkem-bang dalam dan melalui komunikasi seorang imigran dengan lingkungan sosio-budaya yang baru. Salah satu bentuk adanya komunikasi dalam sebuah akulturasi budaya dapat dilihat pada hasil peninggalan berupa artefak-artefak, baik berupa karya seni rupa maupun arsitektur yang ada di suatu daerah.

B. Internakultural
Definisi yang pertama dikemukakan didalam buku “Intercultural Communication: A Reader” dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p. 19).

Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13). 

Fungsi Pribadi

Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.

      1.Menyatakan Identitas Sosial
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.

2. Menyatakan Integrasi Sosial
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.

3. Menambah Pengetahuan
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.

4. Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.

Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perlaku yang berbeda. Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan. Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya.

Fungsi Sosial

1. Pengawasan
Funsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.

2. Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.

3. Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.

4. Menghibur
     Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak di depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.

sumber : 
kk.mercubuana.ac.id/files/94006-2-289778967725.doc


Sabtu, 06 Oktober 2012

Transmisi Budaya dan Biologis serta Awal Perkembangan dan Pengasuhan

-->
Budaya merupakan saran dimana perkembangan kehidupan seorang manusia diwariskannya dari generasi dahulu hingga generasi penerusnya. Dengan adanya budaya tersebut membuat kehidupan masyarakat memiliki ciri khas masing-masing karena di Indonesia budaya itu beraneka ragam. 

Berikut merupakan berbagai bentuk transmisi budaya antara lain:


1. Enkulturasi


Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.


2.
 Akulturasi

Akulturasi
 mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.

3. Sosialisasi

Sosialisai adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.

Pengaruh enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu adalah perkembangan seseorang untuk tumbuh kembang dipengaruhi oleh proses kultur atau budaya yang di transmisikan dari satu generasi ke generasi selanjutnya dengan proses belajar.
Pengaruh akulturasi terhadap perkembangan psikologi individu adalah berubahnya kultur seseorang yang terjadi karena pengaruh asing. Hal itu terjadi karena adanya proses sosial dimana sesama manusia saling mempelajari kultur yang ada dalam lingkungan asing tersebut.
Pengaruh sosialisasi terhadap perkembangan psikologi individu adalah kehidupan seorang manusia yang terus berjalan mempengaruhi bagaimana proses penanaman kebiasaan dari satu generasi ke generasi berikutnya itu terjadi sehingga sosialisasi mempengaruhi peranan seorang individu dalam suatu kelompok masyarakat.

Awal masa perkembangan dan pola kelekatan (attachment) pada ibu atau pengasuh
Kesamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya mempengaruhi pola perkembangan seorang anak, jika seorang anak sedari dini lebih banyak menghabiskan waktunya bersama pengasuh maka kelekatan antara seorang anak dan ibu tersebut kurang daripada seorang anak yang banyak menghabiskan waktunya bersama dengan ibu nya. Karena pengaruh sosialisasi, akulturasi dan enkulturasi terjadi di masyarakat membuat setiap orang berusaha untuk mengetahui hal tersebut. Sehingga pola perilaku individu mengalami proses belajar dalam kesehariannya melalui sosialisasi terhadap lingkungan yang mempengaruhinya.

sumber: 


http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya

http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi

Pengertian dan Tujuan dari Psikologi Lintas Budaya Serta Menjelaskan Hubungannya antara Psikologi Lintas Budaya dengan Disiplin Ilmu Lainnya

Kata budaya sangat umum dipergunakan dalam bahasa sehari-hari. Paling sering budaya dikaitkan dengan pengertian ras, bangsa atau etnis. Kata budaya juga kadang dikaitkan dengan seni, musik, tradisi-ritual, atau peninggalan-peninggalan masa lalu. Sebagai sebuah entitas teoritis dan konseptual, budaya membantu memahami bagaimana kita berperilaku tertentu dan menjelaskan perbedaan sekelompok orang.

      Psikologi lintas budaya adalah cabang psikologi yang (terutama) menaruh perhatian pada pengujian berbagai kemungkinan batas-batas pengetahuan dengan mempelajari orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda. Dalam arti sempit, penelitian lintas budaya secara sederhana hanya berarti dilibatkannya partisipasian dari latar belakang kultural yang berbeda dan pengujian terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya perbedaan antara para partisipan tersebut. 

Dalam arti luas, psikologi lintas budaya terkait dengan pemahaman atas apakah kebenaran dan prinsip-prinsip psikologis bersifat universal (berlaku bagi semua orang di semua budaya) ataukah khas budaya (culture spscific, berlaku bagi orang-orang tertentu di budaya-budaya tertentu) (Matsumoto, 2004). Menurut Segall, Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya.

      Lintas budaya terjadi ketika manusia dengan budayanya berhubungan dengan manusia lain yg berasal dari budaya yg berbeda, berinteraksi, saling mempengaruhi memberikan dampak positif dan negatif. Adanya perbedaan budaya krn budaya bersifat dinamis dan selalu berevolusi. Lintas budaya menciptakan nilai untuk menentukan mana yg tepat dan dapat diterima oleh budaya lain, shg menjadikan manusia dpt berkomunikasi dg baik, mempererat ikatan, memberikan keunikan, berbagi pengalaman dan terciptanya perdamaian dan harmonisasi kehidupan. 
     
    Tujuan pemahaman lintas budaya adalah :
}  Menyadari bias budaya sendiri
}  Lebih peka secara budaya
}  Memperoleh kapasitas utk terlibat dg anggota dr budaya lain utk menciptakan hubungan yg penuh toleransi
}  Merangsang pemahaman yg lebih besar atas budayanya sendiri
}  Memperluas dan memperdalam pengalaman
}  Mempelajari ketrampilan komunikasi yg membuat seseorang mampu menerima gaya dan isi komunikasinya sendiri
}  Memahami budaya sbg hal yg menghasilkan, memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya.
}  Memahami kontak antar budaya, sbg input thd asumsi-asumsi, nilai, kebebasan, dan keterbatasan-keterbatasan
}  Memahami model, konsep dan aplikasi bidang komunikasi antar budaya
}  Menyadarai sistem nilai yg berbeda dpt dipelajari scr sistematis, dibandingkan dan dipahami. 

     Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan disiplin ilmu-ilmu lainnya dapat dibedakan dengan psikologi indigenous, psikologi budaya, dan antropologi. Psikologi Indigenous untuk mengenal tingkah laku asli dari masyarakat Indonesia maupun masyarakat luar yang menetap di Indonesia. Indigenisasi itu sendiri mempunyai arti yaitu, proses pencampuran dari psikologi luar dengan psikologi setempat. Berarti hubungan psikologi lintas budaya dengan psikologi indigenous adalah untuk lebih mengenal tingkah laku masyarakat asli di Indonesia. Hubungan psikologi lintas budaya dengan psikologi budaya adalah untuk menambah ragam budaya yang ada di Indonesia. Hubungan psikologi lintas dengan antropologi adalah untuk mengetahui tentan adat istiadat yang ada di Indonesia.



sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_lintas_budaya
http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi

Selasa, 20 Maret 2012

artikel kesehatan mental (anorexia dan bulimia nervosa)


Terkadang tekat untuk tidak menjadi gemuk dapat menghasilkan masalah yang parah. Persepsi seseorang akan penampilan diri sendiri muncul pada tahap remaja awal. Hal tersebut dapat mengarah kepada upaya obsesif mengontrol berat badan. Pola ini lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Karena peningkatan lemak ditubuh normal anak perempuan sepanjang masa pubertas (terutama untuk mereka yang mengalami pubertas lebih awal) banyak diantara mereka yang tidak senang dengan penampilan mereka dan mengarah kepada masalah makan. Ketidakpuasan anak perempuan akan tubuh mereka terjadi pada masa remaja awal, ketika hal yang sama terjadi kepada anak laki-laki yang menjadi lebih berotot justru semakin puas dengan bentuk badannya. Pada usia 15 tahun, lebih dari setengah anak perempuan di enam belas negara melakukan diet atau berfikir mereka harus melakukan hal tersebut. Anak perempuan yang mencoba tampak seperti model kurus yang mereka saksikan di media cenderung mengembangkan kepedulian yang berlebihan terhadap berat badan.

Anorexia nervosa atau bulimia nervosa adalah gangguan makan yang mengandung pola abnormal. Anorexia nervosa atau melaparkan diri, berpotensi membahayakan jiwa, kondisi tersebut mungkin disertai dengan berhentinya menstruasi dan pertumbuhan rambut yang tumbuh yang lembut dan halus. Penderitanya memiliki citra tubuh yang terdistorsi, walaupun mereka melakukan diet secara konstan dan tidak makan, mereka berfikir masih gemuk. Mereka seringkali adalah siswa yang baik, digambarkan oleh orang tua mereka sebagai anak teladan. Mereka mungkin menarik diri atau tertekan dan terlibat dalam perilaku perfeksionis yang berulang.

Bulimia nervosa adalah seseorang adalah seseorang yang melakukan pesta makan besar-besaran dalam waktu pendek, biasanya dua jam atau kurang, dan kemudian mencoba untuk membatalkan pemasukan kalori besar dengan cara memuntahkan dengan sengaja, diet yang ketat atau berpuasa, melakukan latihan fisik yang berlebihan, atau mengkonsumsi obat atau suntikan pencahar untuk membersihkan tubuh. Episode ini terjadi paling tidak dua kali seminggu dalam waktu paling tidak tiga bulan. Orang yang menderita bulimia terobsesi dengan berat dan bentuk tubuh mereka. Mereka menjadi dihantui rasa malu, mencaci diri sendiri, dan depresi terhadap cara makan mereka.

Selasa, 13 Maret 2012

Kesehatan Mental

Ilmu kesehatan mental atau yang disebut dengan (mental hygiene) adalah ilmu yang mempelajari mengenai kesehatan mental atau jiwa seseorang dan bertujuan untuk mencegah timbulnya gejala gangguan mental tersebut atau  mengobati penyakitnya. 

Kesehatan mental adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak memiliki keluhan terhadap hidupnya dan tumbuh dengan keadaan yang sehat secara fisik , emosional dan intelektual. Seseorang yang memiliki mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh stressor, karena mereka dapat atau mampu untuk menahan diri dari tekanan-tekanan yang ada. Kesehatan mental sendiri memiliki banyak arti, tergantung pada zaman dan tempat dimana seseorang tinggal. Federasi Kesehatan Mental Dunia (World Federation for Mental Health) 
merumuskan pengertian kesehatan mental sebagai berikut. (1) Kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baiksecara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan  keadaan orang lain. (2) Sebuah masyarakat yang baik adalah masyarakat yang membolehkan perkembangan ini pada anggota masyarakatnya selain pada saat yang sama menjamin dirinya berkembang dan toleran terhadap masyarakat yang lain. 

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental :
A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat, bakat, keturunan dan sebagainya. Contoh sifat yaitu seperti sifat jahat, baik, pemarah, dengki, iri, pemalu, pemberani, dan lain sebagainya. Contoh bakat yakni misalnya bakat melukis, bermain musik, menciptakan lagu, akting, dan lain-lain. Sedangkan aspek keturunan seperti turunan emosi, intelektualitas, potensi diri, dan sebagainya.
B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek-nenek, dan masih banyak lagi lainnya.
Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental seseorang, namun faktor external yang buruk / tidak baik dapat berpotensi menimbulkan mental tidak sehat.
Ciri- ciri sehat mental :
1.   memiliki sikap positif terhadap diri sendiri.
2.   menerima dirinya sendiri apa adanya.
3.   mengaktualisasikan dirinya dengan baik.
4.   memiliki cita-cita hidup dan ia merasa dirinya bertumbuh ke arah yang dia cita-citakan.
5.   pribadi yang memiliki integritas, hidup sesuai apa yang ia katakan dengan perbuatannya.
6.   memiliki otonomi pribadi, mampu menerima penolakan dari luar serta seorang yang memiliki komitmen hidup.
7.   memiliki persepsi yang akurat terhadap realita, termasuk melihat realita sebagaimana adanya.
8.   memiliki penguasaan terhadap situasi, termasuk mempunyai kontrol diri didalam mengasihi orang lain, di dalam pekerjaan termasuk dalam bersahabat dengan orang lain.